Hampir
sama dengan Mahabharata, Ramayana Ramayana
terdapat pula dalam khazanah sastra Jawa dalam
bentuk kakawin Ramayana, dan gubahan-gubahannya dalam bahasa Jawa Baru
yang tidak semua berdasarkan kakawin ini.
Dalam bahasa Melayu didapati pula Hikayat Seri Rama yang
isinya berbeda dengan kakawin Ramayana dalam bahasa Jawa kuna. Di India dalam
bahasa Sanskerta, Ramayana dibagi menjadi tujuh kitab atau kanda sebagai
berikut:
1. Balakanda
2. Ayodhyakanda
3. Aranyakanda
5. Sundarakanda
6. Yuddhakanda
7. Uttarakanda
Dari masing-masing
cerita tersebut, sebagai lakon cerita dalam pagelaran wayang memiliki satu atau
beberapa hal yang membedakannya dari cerita yang asli, baik dari alur cerita
maupun dari pemenggalan dalam kitab-kitab yang terbahas seperti tersebut diatas.
Epos Mahabharata dan Ramayana tidak selalu dibawakan oleh dalang dengan cerita
yang sesungguhnya, melainkan banyak dalang yang membumbui cerita tersebut
dengan tambahan-tamabahan yang berbeda sesuai dengan apa yang menurut dalang
bisa menarik perhatian dari pemirsa (penonton) wayangnya. Hal itu dipengaruhi
karena cerita-cerita tersebut kini diminati.
Salah satu contoh
cerita wayang yang telah digubah oleh dalang ki Enthus Susmono yakni Antasena
gugur. Dapat dibabarkan tentang cerita dari lakonnya adalah sebagai berikut:

Raden Antasena adalah
putra Arya Wekudara yang ketiga dengan Dewi Urangayu, putri Sanghyang Baruna,
dewi ikan yang berkedudukan di Kisiknarmada. Pertemuan Bima dengan Dewi
Urangayu terjadi ketika Resi Druna menguji siswanya di perguruan Sokalima. Saat
itu Werkudara diadu dengan duryudana, karena kalah dalam menggunakan gada,
Duryudana sakit hati. Ia menyuruh Dursasana agar melenyapkan Werkudara.
Dursasana pura-pura
mengadakan pesta memeriahkan pendadaran siswa Sokalima tadi. Dalam pesta itu
Werkudara memeriahkan pendadaran siswa Sokalima tadi. Dalam pesta itu Werkudara
diajak minum tuak. Karena terlalu banyak minum, Aryaa Sena mabuk dan jatuh
pingsan. Dalam keadaan pingsan itulah tubuh Sena diikat lalu diceburkan ke
dalam sungai Jamuna. Tubuh Bima hanyut hingga ke Kisik narmada (pertemuan
sungai Jamuna dan sungai Gangga). ia ditolong oleh Batara Baruna dan
disembuhkan dengan air Rasakunda. Akhirnya Arya Bima dijodohkan dengan putrinya
Dewi Urangayu adik Urang Rayung yang menjadi istri Anoman dan berputera
Trigangga. Perkawinan Bima dengan Dewi Urangayu inilah akhirnya Arya Sena
berputera Raden Antasena, berkedudukan di Kisik Narmada ikut kakeknya.
Bersamaan lahirnya
Antasena, kahyangan Suralaya sedang digempur angkatan dari Girikadasar di bawah
kekuasaan raja Kalalodra. namun raja raksasa berwajah ikan itu dapat
dibinasakan oleh Antasena yang saat itu masih bocah. Dengan keberhasilan
menumpas musuh dewa tersebut, Resi Mintuna (kakek Antasena) diangkat menjadi
dewa menguasai ikan dengan gelar Batara Baruna.
Ketika Resi Bisma
menyelenggarakan perlombaan membuat sungai menuju bengawan Gangga, Kurawa dan
Pandawa saling berlomba. Werkudara dibantu pasukan dari Kisik Narmada yang
dipimpin oleh Antasena berhasil membuat sungai yang kemudian oleh Bisma diberi
nama Sungai Serayu. Kurawa hanya mampu membuat sungai yang tembus ke kali
Serayu, maka sungai itu dinamakan Kelawing atau terbalik. Nama Kelawing dalam
pedalangan disebut Kali Cingcinggoling.

Ketika usai perlombaan,
Kurawa yang sakit hati kembali berusaha ingin membinasakn Pandawa. Ia bersekutu
dengan raja Girisamodra Prabu Gangga Trimuka. Atas bujuk Sengkuni, Gangga
Trimuka akan menguasai Tribuwana jika dapat membunuh padanwa sebagai tumbalnya.
Prabu Gangga Trimuka kemudian menangkap Pandawa dan dipenjara ke dalam gedung
kaca bernama Kongedah, sehingga Pandawa mati lemas di dalam penjara gedung kaca
tadi.
Mengetahui Pnadawa
dipenjara, Antasena melabrak raja Girisamodra. Prabu Gangga Trimuka dibinasakan
dengan belai upas (sungut upas Jw.) dan Pandawa dikeluarkan dari Kongedah.
Melihat kondisi Pandawa mati lemas, Antasena segera menghidupkan kembali dengan
air kehidupan Madusena. Atas kemufakatan Pandawa, negara Girisamodra kemudian
diserahkan kepada Antasena.
Tidak berbeda dengan
Antareja, kakaknya. Antasena juga memiliki sisik pada kulitnya yang berfungsi
untuk menangkal senjata tajam. Keduanya juga dapat membenamkan diri ke dalam
tanah dan tak akan mati jika tubuhnya masih menyinggung air ataupun tanah.
Dalam pedalangan, Antasena kawin dengan Dewi Manuwati, putri Arjuna dan Dewi
manuhara.
0 komentar:
Posting Komentar